Peran Hutan Kota Dalam Pemeliharaan Tata Air
Hutan
kota adalah komunitas tumbuh-tumbuhan berupa pohon dan asosiasinya yang
tumbuh di lahan kota atau sekitar kota, berbentuk jalur, menyebar atau
bergerombol (menumpuk) dengan struktur meniru (menyerupai) hutan alam,
membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan bagi satwa dan menimbulkan
lingkungan sehat, nyaman, dan estetis.
Tidak
disangsikan lagi kehadiran berbagai jenis pohon di tepi ruas jalur
jalan, pedestrian dan di taman kota menciptakan kenyamanan dan jasa
lingkungan. Secara fisik, kehadirannya berperan sebagai penyejuk udara,
penyerap polusi udara, penjerap debu, serta penyaji nuansa estetika
melalui warna, bentuk, aroma dari tajuk, batang, daun, bunga dan buah.
Bahkan
secara massal dapat berfungsi mengendalikan aliran udara dengan
mereduksi kecepatan angin, “menyaring” dan mengarahkan alirannya.
Disamping itu beberapa jenis berkemampuan menguapkan air dari dalam
tanah. Melalui mekanisme penguapan air lewat daun dan bagian tanaman,
pohon dapat berperan “memompa” air pada daerah yang basah.
Air merupakan
sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup. Air mempunyai peranan
sangat penting karena air merupakan bahan pelarut bagi kebanyakan reaksi
dalam tubuh makhluk hidup. Air juga digunakan sebagai medium enzimatis.
Air sangat penting bagi tumbuhan. 30% sampai 90% berat tumbuhan
tersusun atas air. Tumbuhan menggunakan air pada proses fotosintesis.
Mineral-mineral yang diserap oleh akar harus terlarut juga dalam air. Keberadaan
air juga dapat mendatangkan bencana sehingga diperlukan pohon-pohon
untuk dapat menyerap atau mengatur tata air agar air hujan dapat meresap
dengan baik.
Manfaat
Hutan Kota, antara lain memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai
estetika, meresapkan air, menciptakan keseimbangan dan keserasian
lingkungan fisik kota dan mendukung pelestarian keanekaragaman hayati
Indonesia.
Penyelenggaraan hutan kota tersebut meliputi, penunjukan lokasi dan
luas hutan kota dilakukan oleh walikota atau Bupati, Berdasarkan Rencana
Tata Ruang Wilayah Perkotaan (RTRWP). Lokasi hutan merupakan bagian
dari ruang tebuka hijau (RTH) wilayah perkotaan.
Hutan
Kota dapat menggambarkan identitas kota melalui koleksi jenis tanaman
dan hewan yang merupakan simbol atau lambang suatu kota di areal Hutan
Kota tersebut.
Telah
disebutkan bahwa salah satu fungsi hutan kota adalah sebagai daerah
untuk meresapkan air, didalam tubuh tanaman, lebih dari 90% air yang
diserap oleh akar dikeluarkan lagi ke udara sebagai uap air. Penyerapan
air oleh tanaman sebagian besar melalui rambut-rambut akar, yang
menyediakan permukaan untuk penyerapan yang amat luas. Pada beberapa
tanaman, ketika akar menyerap air dari tanah dan mengangkutnya ke dalam
xylem akar, air dalam xylem akan membentuk tekanan positif atau tekanan
akar. Intensitas transpirasi sangat dipengaruhi oleh kadar
karbondioksida di dalam ruangan interseluler, cahaya, suhu, kelembaban
udara, kecepatan angin, dan keadaan air dalam tanah (Harso, 2010).
Sekitar
99 persen, yang masuk kedalam tumbuhan meninggalkan daun dan batang
sebagai uap air. Proses tersebut dinamakan transpirasi.Kemungkinan
kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain
dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangna tersebut sangat kecil
dibanding dengan yang hilang melalui stomata. Sebagian besar dari
jaringan yang terdapat dalam daun secara langsung terlibat dalam
transpirasi. Pada waktu transpirasi, air menguap dari permukaan sel
palisade dan mesofil bunga karang ke dalam ruang antar sel. Dari ruang
tersebut uap air berdifusi melalui stomata ke udara. Air yang hilang
dari dinding sel basah ini diisi air dan protoplas. Persediaan air dari
protoplas, pada gilirannya, biasanya diperoleh dari gerakan air dari
sel-sel sekitarnya, dan akhirnya tulang daun, yang merupakan bagian dari
sistem pembuluh yang meluas ke tempat persediaan air dalam tanah.
Sebatang tumbuhan yang tumbuh di tanah dapat dibayangkan sebagai dua
buah sistem percabangan, satu di bawah dan satu lagi di atas permukaan
tanah. Kedua sistem ini dihubungkan oleh sebuah sumbu utama yang
sebagian besar terdapat di atas tanah. Sistem yang ada dalam tanah
terdiri atas akar yang bercabang-cabang menempati hemisfer tanah yang
besar. Akar-akar terkecil terutama yang menempati bagian luar hemisfer
tersebut. Karena sumbu yang menghubungkan akar dan daun memungkinkan air
mengalir dengan tahanan wajar, maka tidak dapat dielakkan lagi bahwa
air akan mengalir sepanjang gradasi tekanan air yang membentang dari
tanah ke udara dalam tubuh tumbuhan. Oleh karena itu seluruh tumbuhan
dapat dibandingkan dengan sumbu lampu, yang menyerap air dari tanah
melalui akar, mengalirkannya melalui batang dan kemudian menguapkannya
ke udara dari daun-daun. Aliran air ini dikenal dengan istilah alur
transpirasi, merupakan konsekuensi struktur tumbuhan dalam hubungannya
dengan lingkungan (Loveless, 1991).
Air
diperlukan oleh tanaman untuk mengangkut unsur-unsur hara dan zat-zat
terlarut lain di dalam tanaman dan untuk produksi gula pada proses
fotosintesis, darimana tanaman memperoleh energi untuk pertumbuhan dan
menjadi dewasa. Sebagian besar air digunakan dalam proses
transpirasi.Apabila air hilang ke dalam atmosfer melalui transpirasi
melebihi dari air yang diserap tanaman dari tanah, maka air akan hilang
dari sel-sel tanaman sehingga sel tanaman kehilangan tegangan turgor dan
akhirnya tanaman menjadi layu.setiap gejala kelayuan pada tanaman dapat
dijadikan petunjuk bahwa pertumbuhan tanaman akan terhenti. Pertumbuhan
akan tergantung pada tegangan turgor yang memungkinkan sel-sel baru
terbentuk (Asdak, 2005).
Daerah
bawah yang sering digenangi air perlu ditanami dengan jenis tanaman
yang mempunyai kemampuan evapotranspirasi yang tinggi. Jenis tanaman
yang memenuhi kriteria ini adalah tanaman yang mempunyai jumlah daun
yang banyak, sehingga mempunyai stomata (mulut daun) yang banyak
pula.Menurut Manan (1976) tanaman penguap yang sedang tinggi diantaranya
adalah : nangka (Artocarpus integra), albizia (Paraserianthes
falcataria), Acacia vilosa, Indigofera galegoides, Dalbergia spp.,
mahoni (Swietenia spp), jati (Tectona grandis), kihujan (Samanea saman)
dan lamtoro (Leucanea glauca).
Kota-kota
yang terletak di tepi pantai seperti DKI Jakarta pada beberapa tahun
terakhir ini dihantui oleh intrusi air laut. Pemilihan jenis tanaman
dalam pembangunan hutan kota pada kota yang mempunyai masalah intrusi
air laut harus betul-betul diperhatikan karena:
1. Penanaman
dengan tanaman yang kurang tahan terhadap kandungan garam yang
sedang-agak tinggi akan mengakibatkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan
baik, bahkan mungkin akan mengalami kematian.
2. Penanaman
dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang tinggi akan
menguras air dari dalam tanah, sehingga konsentrasi garam adalah tanah
akan meningkat. Dengan demikian penghijauan bukan lagi memecahkan
masalah intrusi air asin, malah sebaliknya akan memperburuk keadaannya.
Upaya
untuk mengatasi masalah ini sama dengan upaya untuk meningkatkan
kandungan air tanah yaitu membangun hutan lindung kota pada daerah
resapan air tanah yaitu membangun hutan lindung kota pada daerah resapan
air dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah.
Sistem
perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan
memperbesar jumlah pori tanah. Karena humus bersifat lebih higroskopis
dengan kemampuan menyerap air yang besar (Bernatzky, 1978). Maka kadar
air tanah hutan akan meningkat.Pada daerah hulu yang berfungsi sebagai
daerah resapan air, hendaknya ditanami dengan tanaman yang mempunyai
daya evapotranspirasi yang rendah. Di samping itu sistem perakaran dan
serasahnya dapat memperbesar porositas tanah, sehingga air hujan banyak
yang masuk ke dalam tanah sebagai air infiltrasi dan hanya sedikit yang
menjadi air limpasan.
Jika
hujan lebat terjadi, maka air hujan akan turun masuk meresap ke lapisan
tanah yang lebih dalam menjadi air infiltrasi dan air tanah. Dengan
demikian hutan kota yang dibangun pada daerah resapan air dari kota yang
bersangkutan akan dapat membantu mengatasi masalah air dengan kualitas
yang baik.
Berikut beberapa jenis tanaman yang cocok di wilayah perkotaan:
· cemara laut, akasia—cocok ditanam di tanah yang kurang subur.
· ketapang, dadap—cocok di lahan yang mengandung garam.
· pinus, palem botol, bungur, kayu putih—tahan terhadap terpaan angin kencang.
· johar, flamboyan, akasia—cocok untuk lahan yang kering.
· mahoni, lamtoro—untuk menyerap genangan air.
· cemara laut, bunga kupu-kupu, pohon barus—menyerap SO2.
· damar, asem londo, mahoni—menyerap Pb.
· cemara kipas, kersen, angsana, sawo kecik—partikel padat.
· cempaka, tanjung, damar, bambu, kenanga—dapat menyerap bau busuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar